Kamis, 05 Januari 2012

Muhammad Abduh


Siapa yang nggak kenal Muhammad Abduh hayo? Kalo nggak kenal, ya sama sih, saya juga nggak kenal.

Muhammad Abduh (bahasa Arab: محمد عبده; lahir di Delta Nil (kini wilayah Mesir), 1849 – meninggal di Iskandariyah (kini wilayah Mesir), 11 Juli 1905 -selisih 90 tahun 1 hari sama saya- pada umur 55/56 tahun) adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam. Sayangnya sih, katanya dia juga menjadi anggota Freemason (katanya sih).


Ia belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamal al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaru yang mengusung gerakan Pan Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di negara-negara Asia dan Afrika.

Muhammad Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun sejak 1882, karena keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di Lebanon, Abduh sempat giat dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884, ia pindah ke Paris, dan bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond.

Salah satu karya Abduh yang terkenal adalah buku berjudul Risalah at-Tawhid yang diterbitkan pada tahun 1897.

Pemikirannya banyak terinspirasi dari Ibnu Taimiyah, dan pemikirannya banyak menginspirasi organisasi Islam, salah satunya Muhammadiyah, karena ia berpendapat, Islam akan maju bila umatnya mau belajar, tidak hanya ilmu agama, tapi juga ilmu sains. amun kini -di kuburannya- ia gelisah sekali. Soalnya orang orang menggunakan pikirannya jadi ngawur, malah jadi zombi.

**********

Nah, itu baru prolognya gan, monggo langsung disimak aja dah curhatnya almarhum Mbah Abduh..

Aku disuruh mengahafal banyak buku. Ini penting, itu penting. Semuanya, katanya, penting untuk aku hafal. Tapi, begitu aku tanya, "Apa pentingnya, gimana cara menggunakannya?" Guru guru itu mengatakan, "Nggak usah banyak nanya, nanti juga kamu tahu!"

Aku juga nggak boleh menjawab sesuka hati. Semua jawaban harus berdasarkan buku buku. Hanya bukulah yang benar. Padahal aku juga punya penilaian tentang banyak masalah. Misalnya, menurutku sih, sekolah itu mestinya menyenangkan dan bukannya terus menerus menghafal. mereka mengatakan, sekolah itu adalah kedisiplinan, tempat latihan yang setelah itu, aku menjadi terampil seperti maunya mereka. Lalu, kemauanku? Remaja dianggap nggak layak punya kemauan. Makannya, apa pun kemauan kamu kamu pasti dianggap menyimpang dan aneh.

Di sekolah, aku dicetak untuk sama dengan buku. Jawabanku harus sama dengan yang ada di buku, juga jawaban semua teman di kelas. Persis suara burung yang selalu ciap ciap. Tindakanku juga diatur agar selalu sama. Robot, kali ye?

Boring mengahadapi semua itu. Semula, aku mabal dan memutuskan untuk nggak sekolah. Orangutan, eh salah orangtua maksudnya, memaksaku untuk terus sekolah. Namun, aku tetap nggak mau. Sampai kemudian, mereka mengirimku ke salah seorang pamanku, namanya Syaikh Darwisy Khadr. Pada waktu itu, umurku enam belas tahun. Nah, ini dia baru guru oke. Dia nggak pernah menyuruhku menghafal. Ia hanya menyuruhku baca dan membaca buku. Dan buku yang harus dibaca boleh apa saja, yang penting aku mau membaca. Asyiknya, dia sering mengajakku mengobrol untuk mendengarkan pendapatku tentang buku yang pernah aku baca. Baru deh, aku demen banget sama buku. Sekolah sih, tetep nggak suka.

Setelah itu, pada umurku yang ketujuh belas, aku berkenalan dengan Jamaluddin Al-Afghani. Ia juga guru yang oke.

source: Kamu Nggak Bego, Kok! (Karya: Bambang Q-Anees)

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meluangkan waktu unutuk menuliskan komentar :)
(emoticon ada di bawah)